Allahu Akbar 3X
Walillahilhamd.
Saudara-saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah
Pada kesempatan yang mulia nan penuh khidmat ini, kita berkumpul di sini bersimpuh dengan penuh kerendahan jiwa di hadapan Allah SWT Yang Maha Kuasa yang telah melimpahi kita berbagai nikmat, utamanya nikmat iman dan Islam.Kita bersimpuh dengan penuh kekhusyuan dan hati yang hadir karena Dia Allah SWT telah memberi perkenan dan izin-Nya kepada kita untuk bertemu dan beribadah sebulan penuh di bulan suci Ramadlan 1432 H. Puncak dari ibadah itu sendiri adalah terdengarnya lantunan takbir , tahmid, tasbih, dan tahlil yang sayup-sayup sampai, bersahut-sahutan dan membahana membelah angkasa raya. Takbir,tahmid,tasbih dan tahlil itu sejatinya tidak hanya dilakukan oleh kita khusunya dari kalangan muslimin sebagai makhluq Allah SWT yang hidup, tapi turut juga mengiringi takbir kita adalah takbir, tasbih dan tahlil dari tetumbuhan, pepohonan,bebatuan, air, dan daratan, langit dan bumi serta semesta alam bertakbir memuji kebesaran dan kemuliaan Allah SWT yang Maha Suci. Allahu Akbar,Allahu Akbar, Allahu Akbar tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah SWT.
Ma'asyiral Mukminin Rahimakumullah
Tidak terasa satu bulan penuh kita menjalankan ibadah puasa Ramadlan di tahun 1432 H ini. Selama satu bulan kita telah berhasil menahan lapar dan dahaga dari mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
Di saat bulan penuh berkah, ampunan dan rahmat ini telah pergi alhamdulillah di pagi yang penuh keceriaan dan kebahagiaan ini kita dijumpakan Allah SWT dengan hari suci Hari Raya Idul Fithri 1 Syawal 1432 Hijriyyah. Hari penuh kebahagiaan dan kesenangan.
Bila pada saat yang mulia ini ada yang bertanya ," Kegembiraan apa dan oleh sebab gembira apa kita patut merayakannya saat Idul Fithri tiba? Apakah sekedar datang dan berlalunya 'suatu hari' tanpa satu arti laksana hari-hari biasa yang berlalu dalam kehidupan kita ? Atau ada satu keistimewaan yang patut kita rayakan di dalamnya?
Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini selaku khatib saya akan mengupas 3 (tiga) kebahagiaan atau rasa gembira dalam memperingati Idul Fithri 1 Syawal 1432 H sebagai berikut : Bahagia karena kita berjumpa dengan bulan yang penuh kebahagiaan (Al-Sa'adat), bahagia karena dapat berbagi kepada sesama dan bahaia karena bisa bersilaturahmi dan saling bermaafan .
Kebahagiaan yang pertama, yaitu Sempurna menjumpai dan beribadah di bulan Ramadlan.
Ma'asyiral Hadirin Rahimakumullah
Kita sudah memahami bersama bahwa kondisi bahagia dalam situasi apapun adalah hal yang senantiasa dikejar oleh manusia. Manusia ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tenteram damai dan sejahtera. Dalam mencapai kebahagiaan ini ada dua macam pola dan watak umum manusia yaitu yang pertama jenis orang yang bekerja keras, peras keringat dan banting tulang untuk menghimpun harta sebanyak-banyaknya tanpa sadar dan ingat sama sekali akan dimensi agama atau ibadah. Dalam benak pikiran mereka hanya terlintas uang,uang dan uang melulu setiap hari. Kemudian kedua, yaitu orang yang dalam bekerja sadar betul urusan dunia dan akheratnya lalu ia berusaha menyeimbangkan dua poros kebutuhan tersebut. Maka dalam pikiran orang ini ada terbersit niat perlunya mengumpulkan kekayaan untuk bekal berjuang dan beribadah demi kehidupan selama-lamanya di akhirat kelak.
Kemudian ada juga orang yang meyakini untuk bahwa untuk mendapat kebahagiaan itu melalui tahta dan kekuasaan. Beragam cara ia lakukan untuk mendapat atau merebut kekuasaan. Sebab menurutnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaanya seseorang bisa berbuat banyak sesukanya. Orang sakit menyangka bahwa kebahagiaan terletak pada kesehatan. Orang mskin menyangka kebahagiaan terletak pada harta kekayaan.Rakyat jelata mengira kalau kebahagiaan terletak pada kekuasaan. Serta sangkaan-sangkaan lainnya. Bila ini maslahnya patutlah pula kita bertanya, apakah yang dimaksud bahagia itu (happiness)?
Hadirin Rahimakullah Hadaniyallahu Wa iyyakum
Selama ribuan tahun para pemikir telah sibuk memperbincangkan makna kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia dan bersifat kondisional dan temporal. Jika seseorang sedang berjaya maka di situ ada kebahagiaan. Sebaliknya jika sedang jatuh maka hilanglah kebahagiaan. Dalam pandangan madzhab ini tidak ada kebahagiaan abadi dalam alam jiwa manusia. Kebahagiaan itu bersifat sesaat tergantung kondisi eksternal manusianya. Inilah gambaran kondisi kejiwaan masyarakat Barat; di mana mereka dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan tanpa merasa puas dan menetap dalam satu keadaan.
Lalu kebahagiaan macam apakah yang dimaksudkan Islam seperti terdapat dalam spirit Ramadlan ?
Islam menyatakan bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan itu bukan merujuk pada sifat material jasmani badani insan, bukan kepada diri hayawani sifat basyari dan bukan pula dia itu sifat hayali insani yang hanya dapat dinikmati dalam alam pikir manusia belaka.
Kebahagiaan sejatinya adalah kemenangan iman, untuk hanya tunduk keharibaan Allah SWT. Al-Sa'adat atau bahagia adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan atau iman dan berperilaku sesuai dengan keyakinanya. Sahabat Rasulullah SAW seperti Bilal ibn Rabah Rd merasa bahagia dapat mempertahankan keimannya meskipun dalam keadaan selalu mendapat penyiksaan. Imam Abu Hanifah Ibn Tsabit pun merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke dalam penjara dan dicambuki setiap hari hanya karena menolak diangkat sebagai hakim negara. Para sahabat nabi yang lainnya pun mereka rela meninggalkan kampung halaman demi mempertahankan iman. Mereka semua bahagia hidup dan menjalani kehidupan dengan membawa iman hingga menemui Rabbnya. Inilah dimensi yang hendak disampaikan Islam dengan datanngnya bulan Ramadlan.
Allahu Akbar 3X
Walillahilhamd.
Kebahagiaan kedua adalah, dapat peduli dan berbagi terhadap sesama. Berbahagia dengan datanya Idul Fitri karena kita dapat mengeluarkan zakat fitrah. Kalau sejenak kita menengok maqasid atau tujuan dan hikmah diwajibkannya ibadah zakat secara umum adalah ternyata ajaran Islam itu di samping mengupayakan kesucian diri setiap manusia juga mengharap kesucian dan keberkahan harta benda yang dimilikinya. Allah berfirman :
" Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan-dan mensucikan-mereka"
(QS.Al-Taubah : 103)
Kalau demikian kenyataannya, maka kesempatan kita untuk mengeluarkan zakat fitrah adalah suatu kebahagiaan tersendiri. Kita telah diberi kesempatan untuk mensucikan jiwa sekaligus peduli sesama.Karena kebahagiaan dalam merayakan Idul Fithri juga berhak dirsasakan dan dirayakan oleh kaum miskin yang tidak memiliki makanan pokok pada hari raya.
Ma'asyiral Mukminin, sidang Shalat Ied Rh
Adapun kebahagiaan yang ketiga adalah kesempatan kita untuk bersilaturahmi dan bermaf-maafan.
Dewasa ini, hidup penuh tantangan dan terasa berat sekali. Dunia penuh ketidak pastian. Layaknya putaran roda, kadang kita di atas kadang pula harus di bawah. Atau laksana cuaca yang belakangan juga sulit diprediksi, susah ditebak apakah akan cerah, mendung, hujan,atau badai. Sepak terjang dalam dunia ekonomi, bisnis, politik maupun dinamika di tempat kerja pun sulit diramal.
Atas dasar interaksi sosial seperti tersebut di atas kita tentu menyadari bahwa interaksi atau pola hubung keseharian antar kita dalam komunitas manusia selalu diwarnai oleh berbagai hal. Adakalanya baik, adakalanya buruk. Kadang damai kadang konflik. Dampak hubungan ini tidak selamanya menyakitkan sehingga memunculkan kebencian. Begitu juga tidak semuanya menyenangkan sehingga meninggalkan kecintaan. Pada saat - saat tertentu emosi,egoisme, dan kesombongan bisa saja menguasai diri kita.
Akibat buruk yang kita terima dari sikap orang lain, begitu juga kelakuan tidak bersahabat yang kita tunjukkan kepada orang lain baik sadar atau tidak harus dinetralisir dengan silaturahmi. Kita percaya bahwa Hari Raya Idul Fithri sebagai saat yang tepat untuk menetralisir atau paling tidak meminimalisir ketegangan hubungan antara kita selaku umat manusia. Rasulullah SAW bersabda yang artinya : "Wahai manusia tebarkanlah kedamaian dan sambunglah persaudaraan" (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Sebagai akhir dari khutbah ini,kita berharap mudah-mudahan Idul Fithri kali ini merupakan saat yang dapat mengenmbalikan keimanan kita,di mana ia datang setalah kita menjalani proses latihan jiwa, mensucikan diri dengan harta dan upaya menyambung serta mempererat silaturahmi. Hingga kita berkesimpulan bahwa 3 kebahagiaan itu adalah anugerah Allah SWT yang wajib disyukuri. Allah berfirman :
" Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya sajalah, hendaknya dengan itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu lebih baik dari yang mereka kumpulkan. (QS.Yunus : 58)
Ja'alanallahu wa Iyyakum Minal 'Aaidiina Wal Faaiziin
Wa adkhalanaa Wa Iyyakum Fii Ibaadihis Shalihiiin
Waqul Rabbighfir Warham Wa Anta Khairur Raahimiin
Khutbah ini disampaikan pada Hari Raya Idul Fithri 1 Syawal 1432 Hijriyyah
Tanggal 31 Agustus 2011
Di Masjid Al-Huda Sukajadi Sukajati Haurgeulis Indramayu
Diolah dari Makalah :
Ustadz Arwani Syaerozy dan Ustadz Abdul Lathief pada www.pesantrenvirtual.com